Setiap orang (manusia) pasti
tau dan mengerti kalau Orang Tua (Ayah dan Ibu) adalah sebab adanya kita di
Dunia, Meskipun Allah SWT mempunyai sifat QUDRAT (Kuasa), Membuat apapun yang
Dia kehendaki dengan hanya mengucap “KUN” yang artinya “ADA/JADILAH” kemudian
“FAYAKUN” yang artinya “ KEMUDIAN JADILAH”, Namun ketika berkendak adanya
manusia sudahlah pasti dengan sebab (perantara) Bapak dan Ibu, terkecuali Nabi
Adam AS yang tidak melalui perantara Bapak dan Ibu, Siti Hawa dengan perantara
Bapak tanpa Ibu dan Nabi Isa AS melalui perantara Ibu tanpa Bapak.
Birrul walidain (Berbakti kepada kedua orang tua) itu
sangat-sangat di haruskan, sampai di dalam Alqur’an di sertakan pada perintah
untuk menyembah Allah SWT, seperti dalam ayat “,, WAQODZO ROBBUKA AN LA
TA’BUDUU ILLA IYYAHU WA BILWALIDAINI IKHSANA,,”Artinya; dan Tuhanmu (Allah SWT)
memerintahkan kamu sekalian supaya kalian semua tidak menyembah selain Allah
SWT dan berbaktilah kepada kedua Orang Tuamu.
Sebagian dari cara berbakti kepada Orang Tua adalah;
1). Sewaktu-waktu Orang Tua
memberi nasehat, Anak harus menunduk dan mendengarkan dengan seksama dan
menerima.
2). Jangan sekalipun membantah
meskipun dengan satu ucapan.
3). Terhadap Orang Tua jangan
bersikap/bertingkah kasar atau cemberut.
4). Bicaralah seperlunya tentu
dengan menggunakan tata karma yang baik.
5). Apa saja yang menjadi
kerepotan Orang Tua Bapak- Ibu, Seorang anak haruslah membantu tanpa mengharap
upah.
6). Jangan sampai mengambil
barang (uang atau apapun) milik Orang Tua, kecuali bila sudah mendapat izin dan
harus di pergunakan dengan baik.
7). Bila Orang Tua terima
tamu, anak harus menghormati perlu untuk menjunjung Bapak-Ibu.
8). Bila di suruh Orang Tua
jika itu tidak kepada hal maksiat, anak harus segera mengerjakan dengan ikhlas
dari hati/
9). Seorang anak tidaklah
sopan meminta ini dan itu, segala kebutuhan anak sudah tentu Orang Tua telah
mengira-ngirakan.
10). Seorang anak tidak boleh
memerintah kepada Orang Tuanya dalam segala hal.
11). Jangan sampai memanggil
dengan sebutan namanya, dan berbicara menyentak, kasar, apalagi menghujat.
~Umpamanya nama Bapaknya
“Kholid” anaknya memanggil dengan sebutan Kholid Kholid … atau dengan sebutan
Bapak Kholid, Itupun masih tidak sopan. (seperti memanggil orang lain saja.
12). Jangan sampai punya
masalah/bertengkar dengan saudara, kemudian di ketahui/pergooki oleh Orang
Tuanya atau anaknya.
~Sebab jika Orang Tua
mendengar pertengkaran anak, hatinya menjadi tersiksa, mau diam saja nanti
disangka membiarkan dan mengajarkan anak-anaknya bertengkar, mau bicara dan
ikut-ikut bingung mana yang harus di bela, salah-salah malah jadi
musuh/dimusuhi.
Begitu juga kalau bertengkar
jangan sampai diketahui oleh anak (didengar). Perilaku seperti itu bisa-bisa
suatu saat ketika anak telah berumah tangga akan di tiru.
13). Didalam hak dan hukumnya
mertua itu sama halnya seperti Orang Tua sendiri.
14). Kewajiban seorang anak
terhadap Orang Tuanya sendiri, setiap habis melaksanakan sholat fardhu (wajib
lima waktu) harus memohonkan ampunan Bapak dan Ibu.
15). Jangan membuat malu dan
menyusahkan Orang Tua.
16). Untuk seorang anak yang
mampu (kaya), harus mengantar/memberi apa-apa makanan yang pantas dan di
senangi oleh Orang Tuanya.
17). Di depan Orang Tua jangan
bersikap semaunya sendiri apalagi menampakan wajah cemberut.
18). Jika berjalan dengan
Orang Tua, Orang Tua jalan di depan dan anak di belakangnya.
19). Apa yang menjadi harapan
Orang Tua, supaya di usahakan biar bisa terwujud (ikhtiar).
20). Jangan membangga-banggakan
kekayaan dari Orang Tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar