Bagi anak kecil (bayi) seorang Ibu itu seperti
Tuhannya, buktinya orang lain bahkan Bapaknya sendiri tidak bisa menenangkan
ketika anak bayi sedang marah (menangis membantah). Namun Ibulah yang bisa
menenangkannya. Ketika sudah berusia lima tahun baru saja mulai tau yang
mencukupi Ibunya dari sandang hingga pangan ternyata Bapak. Maka dari itu
seorang Ibu harus mendidik anaknya agar mengagumi sosok Bapaknya. Bila sudah
demikian ajari untuk menghormati Bapaknya dan isi dalam hati dan benak anak
tentang tauhidnya kepada Allah SWT(kepercayaan dan yakin pada Allah SWT).
Karena jika tidak demikian maka anak bisa salah jalan (berlari dari jalan yang
benar) . jadi jelas jika setelah anak besar kemudian jadi Yahudi, Nasrani,
Majusi atau budha, itu semua dari didikan kedua Orangtua terhadap anak.
Maka dari itu dalam hal mendidik anak harus waspada
juga telaten, mulai dari anak masih kecil, ketika sedang menggendong anak atau
sedang menyusui, caranya menimang-nimang (bernyanyi) supaya isi dari
timang-timangnya yang menjadikan si anak lebih cinta kepada Agamanya, kepada
Allah dan Rosulnya. Jangan di timang dengan tembang orkesan tapi dengan
sholawatan.
Tata tertib mendidik anak
yaitu;
1). Kalau anak masih dalam
usia menyusu, jangan sampai di susukan kepada sembarangan orang.
2). Ibu supaya terus menerus
mengenalkan anak kepada Bapaknya, supaya tumbuh rasa cinta di hati anak untuk
Bapaknya.
3). Harus telaten merawat dan
memandikan anaknya, meskipun anak tidak mau harus di paksa.
4). Jika membelikan mainan
pada anak harus yang ada manfaatnya untuk anak, seumpama boneka itu ada
maknanya untuk suatu saat jadi kakak dan bisa ngemong adiknya.
5). Kalau memberi, supaya di
biasakan menggunakan tangan kanan.
6). Jangan di perbolehkan
meminta-minta sama temannya, menjaga agar pada nantinya menjadi anak yang tomak
dan suka mengharap pemberian dari orang lain.
7). Di dalam bab mencuri
(mengambil tanpa izin), harus di kerasi (keras/tegas), apalagi kalau sampai
mencuri milik tetangga.
8). Jika ada temannya yang
nakal, jangan di bela, nanti bisa menyombongkan (mengunggulkan Orangtuanya).
~ Sering terjadi dengan
tetangga bertengkar hanya untuk membela anaknya, membenar-benarkan anaknya
(bertengkar dan sangat tidak sopan didengar), bahkan sampai bertahun-tahun
bertengkar (diam-diaman) hanya karna sebab membela anaknya. Padahal
anak-anaknya sudah kembali akur, main-main bersama tapi Orangtuanya masih
gengsi dan diam-diaman (tidak saling menyapa).
9). Kalau anak bermain pisau
atau main apa saja yang berbahaya, harus di ambil dari anak meskipun anaknya
menangis.
10). Jangan di biasakan
mengunggul-unggulkan, menyanjung anak akibatnya anak akan mudah terkena
penyakit ‘ain.
~Akibat dari penyakit ‘Ain
adalah, selalu merasa benar sendiri sekalipun salah tidak mau disalahkan selalu
dirinya yang paling benar, merasa sudah puas tidak punya cita-cita tinggi, jadi
manja dan enggan untuk berusaha karena dirinya sudah merasa hebat. Maksudnya
seperti ini ketika anak biasa di unggul-unggulkan oleh Orangtuanya di bangga
kan maka akhirnya si anak itu tidak punya ke inginan untuk memperdalam ilmunya
lagi karena sudah terlanjur merasa paling benar dan paling hebat juga puas
dengan dirinya sendiri.
11). Berteman sama-sama anak
kecilpun, supaya di pilihkan temannya yang baik pekerti dan wataknya.
12). Menyediakan makanan
/member nafkah pada anak jangan di biasakan berlebihan semuanya ada bahkan di
lebihkan, baiknya tetaplah di didik untuk sederhana sediakan yang sekiranya
cukup, supaya tidak menjadi manja dan terbiasa berkecukupan apalagi melebihi
batas. Akibatnya si anak sudah merasa cukup dan tidak perlu lagi berusaha
sendiri.(gembeng).
13). Bersikap dengan teman
supaya di ajarkan welas asih, suka member. Dengan anak yang usianya lebih besar
didik supaya lebih sopan, dan dengan yang usianya yang lebih muda didik untuk
menyayangi dan ngemong.
14).Ketika usianya sudah
menginjak tujuh tahun paksa untuk menjalankan sholat lima waktu. Tidak dengan
cara memecah gelas atau menghajar anak, tapi harus di paksa di dorong agar
melaksanakan sholat. Jika sudah menginjak usia sepuluh tahun tidak mau
menjalankan sholat harus di hajar kalau tetap tidak mau sholat harus terus di
paksa bagaimanapun caranya.
15). Jangan sampai mengajari
anak kecil “ kalau lupa itu tidak apa-apa” umpamanya dalam bab puasa. Nanti
malah di jadikan alasan , padahal tidak lupa tapi minum dan makan saat puasa,
waktu ditanya dia akan menjawab kalau dia lupa. Karena imannya yang belum
sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar