Jumat, 01 Juni 2012

BAB (9). MAR’AH SHOLIHAH KEPADA ANAK (Putra-putri)

                Bagi anak kecil (bayi) seorang Ibu itu seperti Tuhannya, buktinya orang lain bahkan Bapaknya sendiri tidak bisa menenangkan ketika anak bayi sedang marah (menangis membantah). Namun Ibulah yang bisa menenangkannya. Ketika sudah berusia lima tahun baru saja mulai tau yang mencukupi Ibunya dari sandang hingga pangan ternyata Bapak. Maka dari itu seorang Ibu harus mendidik anaknya agar mengagumi sosok Bapaknya. Bila sudah demikian ajari untuk menghormati Bapaknya dan isi dalam hati dan benak anak tentang tauhidnya kepada Allah SWT(kepercayaan dan yakin pada Allah SWT). Karena jika tidak demikian maka anak bisa salah jalan (berlari dari jalan yang benar) . jadi jelas jika setelah anak besar kemudian jadi Yahudi, Nasrani, Majusi atau budha, itu semua dari didikan kedua Orangtua terhadap anak.
                Maka dari itu dalam hal mendidik anak harus waspada juga telaten, mulai dari anak masih kecil, ketika sedang menggendong anak atau sedang menyusui, caranya menimang-nimang (bernyanyi) supaya isi dari timang-timangnya yang menjadikan si anak lebih cinta kepada Agamanya, kepada Allah dan Rosulnya. Jangan di timang dengan tembang orkesan tapi dengan sholawatan.

Tata tertib mendidik anak yaitu;

1). Kalau anak masih dalam usia menyusu, jangan sampai di susukan kepada sembarangan orang.

2). Ibu supaya terus menerus mengenalkan anak kepada Bapaknya, supaya tumbuh rasa cinta di hati anak untuk Bapaknya.

3). Harus telaten merawat dan memandikan anaknya, meskipun anak tidak mau harus di paksa.

4). Jika membelikan mainan pada anak harus yang ada manfaatnya untuk anak, seumpama boneka itu ada maknanya untuk suatu saat jadi kakak dan bisa ngemong adiknya.

5). Kalau memberi, supaya di biasakan menggunakan tangan kanan.

6). Jangan di perbolehkan meminta-minta sama temannya, menjaga agar pada nantinya menjadi anak yang tomak dan suka mengharap pemberian dari orang lain.

7). Di dalam bab mencuri (mengambil tanpa izin), harus di kerasi (keras/tegas), apalagi kalau sampai mencuri milik tetangga.

8). Jika ada temannya yang nakal, jangan di bela, nanti bisa menyombongkan (mengunggulkan Orangtuanya).

~ Sering terjadi dengan tetangga bertengkar hanya untuk membela anaknya, membenar-benarkan anaknya (bertengkar dan sangat tidak sopan didengar), bahkan sampai bertahun-tahun bertengkar (diam-diaman) hanya karna sebab membela anaknya. Padahal anak-anaknya sudah kembali akur, main-main bersama tapi Orangtuanya masih gengsi dan diam-diaman (tidak saling menyapa).

9). Kalau anak bermain pisau atau main apa saja yang berbahaya, harus di ambil dari anak meskipun anaknya menangis.

10). Jangan di biasakan mengunggul-unggulkan, menyanjung anak akibatnya anak akan mudah terkena penyakit ‘ain.

~Akibat dari penyakit ‘Ain adalah, selalu merasa benar sendiri sekalipun salah tidak mau disalahkan selalu dirinya yang paling benar, merasa sudah puas tidak punya cita-cita tinggi, jadi manja dan enggan untuk berusaha karena dirinya sudah merasa hebat. Maksudnya seperti ini ketika anak biasa di unggul-unggulkan oleh Orangtuanya di bangga kan maka akhirnya si anak itu tidak punya ke inginan untuk memperdalam ilmunya lagi karena sudah terlanjur merasa paling benar dan paling hebat juga puas dengan dirinya sendiri.

11). Berteman sama-sama anak kecilpun, supaya di pilihkan temannya yang baik pekerti dan wataknya.

12). Menyediakan makanan /member nafkah pada anak jangan di biasakan berlebihan semuanya ada bahkan di lebihkan, baiknya tetaplah di didik untuk sederhana sediakan yang sekiranya cukup, supaya tidak menjadi manja dan terbiasa berkecukupan apalagi melebihi batas. Akibatnya si anak sudah merasa cukup dan tidak perlu lagi berusaha sendiri.(gembeng).

13). Bersikap dengan teman supaya di ajarkan welas asih, suka member. Dengan anak yang usianya lebih besar didik supaya lebih sopan, dan dengan yang usianya yang lebih muda didik untuk menyayangi dan ngemong.

14).Ketika usianya sudah menginjak tujuh tahun paksa untuk menjalankan sholat lima waktu. Tidak dengan cara memecah gelas atau menghajar anak, tapi harus di paksa di dorong agar melaksanakan sholat. Jika sudah menginjak usia sepuluh tahun tidak mau menjalankan sholat harus di hajar kalau tetap tidak mau sholat harus terus di paksa bagaimanapun caranya.

15). Jangan sampai mengajari anak kecil “ kalau lupa itu tidak apa-apa” umpamanya dalam bab puasa. Nanti malah di jadikan alasan , padahal tidak lupa tapi minum dan makan saat puasa, waktu ditanya dia akan menjawab kalau dia lupa. Karena imannya yang belum sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar